Motif Batik Jombangan ; Tidak semua batik lahir dari Solo dan Yogyakarta. Buktinya, di Kabupaten Jombang juga mempunyai pakaian tradisional tersebut. Bahkan, karena motifnya yang khas, batik yang lahir dari kota santri ini kerap disebut batik Jombangan. Disebut khas, karena motif batik ini hanya ada di wilayah Jombang, Macam Motif Batik jombangan yakni diambil dari relief yang ada di candi Arimbi, Bareng, Jombang. Motif ini juga telah dipatenkan oleh Pemkab Jombang.
Produk batik yang diberi nama Batik Jombangan ini lebih banyak mengandalkan warna-warna alami yang bahan pewarnanya diambil dari bahan sisa (limbah) yang diolah dalam paduan aneka motif khas Jombangan.
Corak Batik Jombangan terinspirasi dari sebuah candi yang ada di kecamatan setempat yakni CANDI ARIMBI, sehingga batik JOMBANGAN mempunyai ciri khas dan motif tersendiri yang tentunya berbeda dengan motif dari batik solo atau batik lainya.
Warnanya pun juga mempunyai ciri khas tersendiri yakni perpaduan dari bahan-bahan limbah atau sisa kemudian diolah sedemikian rupa sehingga menjadi corak dan warna yang terkesan alami dan begitu khas.
Ada juga memakai yang lebih alami dan bahannya pun di ambil dari dari beberapa tumbuh-tumbuhan maupun buah-buahan yang ada di alam. sekitar Salah satunya adalah menggunakan kulit rambutan.
Dalam hal produksi batik Jombangan ini, Motifnya nya pun beraneka macam mulai dari motif Arimbi (satu bentuk relief candi Arimbi satu candi di Kecamatan Bareng), motif rumpun tebu hingga motif suasana desa dan berbagai motif khas Jombangan. Harga yang mereka tawarkan pun cukup bervariatif mulai dari Rp.18 ribu hingga Rp.300 ribu tergantung dari motif dan bahannya kainnya.
Adapun kesejarahan dipakainya salah satu relif arimbi sebagai motif batik Jombangan, bukan berangkat dari ide perajin batik. Tetapi konon karena adanya keinginan elite pemerintahan Jombang untuk memperkenalkan keberadaan Candi Arimbi pada masyarakat luas. Bila demikian adanya, maka ada dua pola mengeksplorasi motif batik. Yaitu eksplorasi yang dilakukan pemerintah (top down) serta hasil kreasi masyarakat (bottom up). Dua pola ini nampaknya masih relevan untuk terus dilakukan.
Friday, December 3, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment